Katamu
Diam itu cahaya
Dalam pelukmu
Mesti kota ini tenggelam
Engkau tetap peduli
Bahwa kematian adalah kepulangan yang ada di matamu
Dan hingga engkau tahu
Di tanganmu seikat bunga
Layu dan patah
Datanglah
Seketika engkau tidak menginginkan hadir
Atas sakit yang engkau bagi
Pada mereka yang berdiri di matamu
Di setengah kelokan
Engkau jatuhkan lagi ke belah pahamu
Atas pedih pertengkaran
Engkau masih saja mengingat
Atas segala sebab
Yang engkau sangsikan di tubuhmu
Sampai pada waktu
Semua sudah engkau kunyah
Menjadi penyakit di paru
Obat darimu adalah sebentuk luka
Dan tetap saja mengulang
Di luar hujan menghantam
Engkau tetap saja
Membuka baju
Esok
Engkau tahu banjir di muka pintu
Puisi ini Juara III Lomba DKR 2013
Kamis, 06 Maret 2014
Kempang
Adalah kempang di sungai Rawa
memutar angin
memutar jantung
Daun pintu adalah terpal sebiru laut
ombak memukul air
daratan adalah rindumu yang terakhir
Di tengah
kau hempas diri
menantang laut
Kaulah lelaki
berasap corut
Hingga
kau naikkan kaki telanjang setinggi langit
sepasang roda dan kakek tua yang menari di ujungnya
Kempang di Sungai Rawa
menanti
Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
memutar angin
memutar jantung
Daun pintu adalah terpal sebiru laut
ombak memukul air
daratan adalah rindumu yang terakhir
Di tengah
kau hempas diri
menantang laut
Kaulah lelaki
berasap corut
Hingga
kau naikkan kaki telanjang setinggi langit
sepasang roda dan kakek tua yang menari di ujungnya
Kempang di Sungai Rawa
menanti
Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
Anting Kunyit
Pada hari yang ketujuh
Kau gantung anting kunyit di telinga
Benang pengikat
imang-imang lolu
sampe atas atap
bolum tumboh gigi
sudah pande baca kitab
kau toleh isak
pada dengung angin
kain dukong
di bentangan
Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
Kau gantung anting kunyit di telinga
Benang pengikat
imang-imang lolu
sampe atas atap
bolum tumboh gigi
sudah pande baca kitab
kau toleh isak
pada dengung angin
kain dukong
di bentangan
Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
Yang Singgah dalam Nyanyian Membasah Hujan
Rindu angin
pada helai malam
mengawan
Memecah resah
lautan
Memahat hangat
waktu
Menyerpih hujan
Membenam
bening air
Menggerak angin
Yang singgah
dalam nyanyian
membasah
hujan
dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
pada helai malam
mengawan
Memecah resah
lautan
Memahat hangat
waktu
Menyerpih hujan
Membenam
bening air
Menggerak angin
Yang singgah
dalam nyanyian
membasah
hujan
dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014
Rabu, 05 Maret 2014
Saat Itu Begitu Indah
Izinkan aku menulis
Sebuah puisi
Sebagai teman
Kutulis seribu bayang
Kulukis rindu
Kusisip senyum
Kuutarakan
Kurangkai
Serasa hilang
Di kertas
Di sobekan
Di tinta
Di kata
Kau ke mana?
Kuingin bercerita
Tentang hujan
Angin
Laut
Beting
Kau tau?
Laut..
Tempat yang kusuka dan kau suka
Tempat kita berkirim kabar pada kenangan
Kenangan antara kau dan kau
Saat itu begitu indah
Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013
Menghitung Desember
Masih saja kita menunggu
Setiap detik datangmu
Pada sepasang sayap di jendela
Desember
Kita menjejak
Setiap detik datangmu
Pada sepasang sayap di jendela
Desember
Kita menjejak
Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013
Kau Tau Itu, Jembatan Timbang
Kau baru saja tersenyum
Pada sebuah pesan yang bersuara di telinga
Kau memandangku pada jalan itu
Kau tau itu, jembatan timbang
Kau mencari kelokan
Hujan mendengung di telinga
Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013
Pada sebuah pesan yang bersuara di telinga
Kau memandangku pada jalan itu
Kau tau itu, jembatan timbang
Kau mencari kelokan
Hujan mendengung di telinga
Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013
Diam
Aku diam kau diam
Diamdiam kita diamkan diam
Kau diam
Dan aku diam-diam mendiamkanmu
Di diamku
Aku diam kau diam
Diam kau diam berdiamkan diam
Aku diam kau diam
Diterdiammu kudiam
diam
Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013
Pesan dalam Permen
Aku menerima selamat malam
yang kau bungkus dalam permen
yang kau suruh makan
bila aku mulai mengingatmu
“hm.., terasa manis”
Terasa selamat malammu masih tertinggal
di bibirku sampai pagi
Dulu rindu begitu lama
dan waktu itu kau sampaikan kepadaku
“jangan buru-buru, malam masih panjang”
Sekian malam habis
wajahmu tinggal
Permenmu tertelanku
Dan aku tidak menemukanmu
dalam sebungkus permen yang baru
Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013
Embun Pertama di Helai Kamboja
Habis sudah
Kita bertepuk
Mendengarkan suara
Angin di sisimu
Malam ini
Kita mencari bau melati
Teguklah
Embun pertama di helai kamboja
Di sini
Habis sudah
Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013
Misal yang Usai
Padamu
Hujan menitik
Dengung laut
Kita
Misal yang usai
Selangkah
Dia..
Tahu..
Hujan menitik
Dengung laut
Kita
Misal yang usai
Selangkah
Dia..
Tahu..
Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013
HUJAN DI RINTIK WAJAHMU
Marilah singgah melepas bayang
di belah langkah kekasih hujan
Setetes
Di rintik wajah
Mengucap dalam
Kenangan berbayang
mencari rindu,
begitu jauh
melarut laut
Hujan di rintik wajahmu
Di muat Di Riau Pos tanggal, 25 Desember 2013
di belah langkah kekasih hujan
Setetes
Di rintik wajah
Mengucap dalam
Kenangan berbayang
mencari rindu,
begitu jauh
melarut laut
Hujan di rintik wajahmu
Di muat Di Riau Pos tanggal, 25 Desember 2013
RIMBUN HUJAN
Di awan kita pernah memahat
Seruas rusuk yang tancap
Berimbun hujan
Lalu, tersedak di pucuk ketapang
Menyesakkan rindu
Di tangkainya
Di muat di Riau Pos, tanggal 25 Desember 2011
Seruas rusuk yang tancap
Berimbun hujan
Lalu, tersedak di pucuk ketapang
Menyesakkan rindu
Di tangkainya
Di muat di Riau Pos, tanggal 25 Desember 2011
Surut
Apakah akan sampai ke perut segala yang surut?
degub jantung bertiang ombak
di biru laut
hanyut
Di Muat di Riau Pos, 25 Desember 2011
WAKTU
Di waktu
Jahitan tawa mencumbu hari
Segala yang pergi
selalu pergi
Ujung jalan,
Milik siapa?
Di petang,
Kita tertinggal
Menunggu waktu
Jahitan tawa mencumbu hari
Segala yang pergi
selalu pergi
Ujung jalan,
Milik siapa?
Di petang,
Kita tertinggal
Menunggu waktu
Di Muat di Riau Pos, 25 Desember 2011
BUNGA LARANGAN
Tumbuhlah berduri dalam diam
Gaung kumbang mendebarkan
Siapa yang memetik?
Waktu adalah bisu
Menunggu..
Di muat di Riau Pos, 25 Desember 2011
Gaung kumbang mendebarkan
Siapa yang memetik?
Waktu adalah bisu
Menunggu..
Di muat di Riau Pos, 25 Desember 2011
Yos Sudarso Pekanbaru
Sekejab singgah
Di pertengah jalan Yossudarso
Menyanyilah
Dang,
Ding.
Dung,
Deng,
Dong,
Lampu-lampu itu
Pertanda goyang dimulai
Di seberang
Suara azan membentur dinding
Di pertengah jalan Yossudarso
Menyanyilah
Dang,
Ding.
Dung,
Deng,
Dong,
Lampu-lampu itu
Pertanda goyang dimulai
Di seberang
Suara azan membentur dinding
Di muat di Riau Pos tanggal, 23 Februari 2014
Sindi: Nurul
Di tahun ke lima sekolahmu
tetap saja sama
dan barangkali esok
sepasang kupu-kupu akan terbang
Di beranda kabut
lapangan SDN 65 Pekanbaru
kalian toreh waktu
kursi roda itu
bermain kaki
berlari-lari
“Namaku Sindi”
“Namaku Nurul”
kami adalah teman
dan juga lainnya.
Di muat di Riau Pos Tanggal, 23 Februari 2014
tetap saja sama
dan barangkali esok
sepasang kupu-kupu akan terbang
Di beranda kabut
lapangan SDN 65 Pekanbaru
kalian toreh waktu
kursi roda itu
bermain kaki
berlari-lari
“Namaku Sindi”
“Namaku Nurul”
kami adalah teman
dan juga lainnya.
Di muat di Riau Pos Tanggal, 23 Februari 2014
Malam di Hotel Tepi Laut
Gadis-gadis itu
mengantar teh
juga bir
Kapal-kapal merapat
Angin,
Memandang
Rindu baru di tanam
Dimuat Di Riau Pos Tanggal, 23 Februari 2014
Sungai Carang: Kota Tua
Di atas meriam itu
sumbu menanti
dipantik
Dari arah laut
musuh datang
di empat penjuru angin
Kota Tua membakar diri
musuh di haluan
memutar arah
Hingga
di atas meriam itu
sepasang roda tertanam
menatap dingin
Bertahun lalu
pernah
Dimuat Di Riau Pos tanggal 23 Februari 2014
sumbu menanti
dipantik
Dari arah laut
musuh datang
di empat penjuru angin
Kota Tua membakar diri
musuh di haluan
memutar arah
Hingga
di atas meriam itu
sepasang roda tertanam
menatap dingin
Bertahun lalu
pernah
Dimuat Di Riau Pos tanggal 23 Februari 2014
Pantai Trikora Tanjung Pinang
Kelong di pantai Trikora
menjemput angin
ikan-ikan menunggu
sauh dijatuhkan
Sepasang menuju pantai
bermain ombak
pasir, batang bakau, dan asin laut,
merapat.
Saat lain,
gadis berbikini merah
menatah air
hingga ke ujung
batu-batu
menjemput angin
ikan-ikan menunggu
sauh dijatuhkan
Sepasang menuju pantai
bermain ombak
pasir, batang bakau, dan asin laut,
merapat.
Saat lain,
gadis berbikini merah
menatah air
hingga ke ujung
batu-batu
Dimuat di Riau Pos tanggal 23 Februari 2013
Mutiara
Adakah kau tahu
sesuatu yang entah
tumbuh di pipimu
dua buah lesung
yang tertanam
bernyanyi
beibe
beibe
beibe
Kita bertemu di laut
Pekik elang
dan deru pompong
semua tahu
Dimuat di Riau Pos tanggal 23 Feb 2014
Tahun Pertama
Di tahun pertama
janji telah disemat
Bahwa esok,
akan bertandang di helai daun
hijau adalah rindumu yang pertama
kita mengartikannya
sebagai sepasang sayap di pesawat
menembus awan
debar itu
memandang kita bergenggaman
Kelak,
kita berangkat
Dimuat di Riau Pos, 23 Februari 2014
janji telah disemat
Bahwa esok,
akan bertandang di helai daun
hijau adalah rindumu yang pertama
kita mengartikannya
sebagai sepasang sayap di pesawat
menembus awan
debar itu
memandang kita bergenggaman
Kelak,
kita berangkat
Dimuat di Riau Pos, 23 Februari 2014
Langganan:
Postingan (Atom)