Kamis, 06 Maret 2014

Obat Darimu adalah Sebentuk Luka

Katamu
Diam itu cahaya
Dalam pelukmu

Mesti kota ini tenggelam
Engkau tetap peduli
Bahwa kematian adalah kepulangan yang ada di matamu

Dan hingga engkau tahu
Di tanganmu seikat bunga
Layu dan patah

Datanglah
Seketika engkau tidak menginginkan hadir
Atas sakit yang engkau bagi
Pada mereka yang berdiri di matamu

Di setengah kelokan
Engkau jatuhkan lagi ke belah pahamu
Atas pedih pertengkaran

Engkau masih saja mengingat
Atas segala sebab
Yang engkau sangsikan di tubuhmu

Sampai pada waktu
Semua sudah engkau kunyah
Menjadi penyakit di paru
Obat darimu adalah sebentuk luka
Dan tetap saja mengulang

Di luar hujan menghantam
Engkau tetap saja
Membuka baju

Esok
Engkau tahu banjir di muka pintu


Puisi ini Juara III Lomba DKR 2013

Kempang

Adalah kempang di sungai Rawa
memutar angin
memutar jantung

Daun pintu adalah terpal sebiru laut
ombak memukul air
daratan adalah rindumu yang terakhir

Di tengah
kau hempas diri
menantang laut

Kaulah lelaki
berasap corut

Hingga
kau naikkan kaki telanjang setinggi langit
sepasang roda dan kakek tua yang menari di ujungnya

Kempang di Sungai Rawa
menanti

Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014

Anting Kunyit

Pada hari yang ketujuh
Kau gantung anting kunyit di telinga

Benang pengikat

imang-imang lolu
sampe atas atap
bolum tumboh gigi
sudah pande baca kitab

kau toleh isak
pada dengung angin

kain dukong
di bentangan

Dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014

Yang Singgah dalam Nyanyian Membasah Hujan

Rindu angin
pada helai malam
mengawan

Memecah resah
lautan

Memahat hangat
waktu

Menyerpih hujan

Membenam
bening air

Menggerak angin

Yang singgah
dalam nyanyian
membasah
hujan

dimuat di INDOPOS
Sabtu, 1 Februari 2014

Rabu, 05 Maret 2014

Saat Itu Begitu Indah


Izinkan aku menulis
Sebuah puisi
Sebagai teman

Kutulis seribu bayang
Kulukis rindu
Kusisip senyum
Kuutarakan
Kurangkai

Serasa hilang
Di kertas
Di sobekan
Di tinta
Di kata

Kau ke mana?

Kuingin bercerita
Tentang hujan
Angin
Laut
Beting

Kau tau?
Laut..
Tempat yang kusuka dan kau suka

Tempat kita berkirim kabar pada kenangan
Kenangan antara kau dan kau

Saat itu begitu indah

Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013

Tatapmu


Pada lekat malam
Masih saja salah

Tatapmu

Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013

Menghitung Desember

Masih saja kita menunggu
Setiap detik datangmu
Pada sepasang sayap di jendela
Desember

Kita menjejak


Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013

Kau Tau Itu, Jembatan Timbang

Kau baru saja tersenyum
Pada sebuah pesan yang bersuara di telinga

Kau memandangku pada jalan itu

Kau tau itu, jembatan timbang

Kau mencari kelokan

Hujan mendengung di telinga



Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013

Diam


Aku diam kau diam
Diamdiam kita diamkan diam

Kau diam
Dan aku diam-diam mendiamkanmu
Di diamku

Aku diam kau diam
Diam kau diam berdiamkan diam

Aku diam kau diam
Diterdiammu kudiam

diam

Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013

Pesan dalam Permen


Aku menerima selamat malam
yang kau bungkus dalam permen
yang kau suruh makan
bila aku  mulai mengingatmu
“hm.., terasa manis”
 Terasa selamat malammu masih tertinggal
di bibirku sampai pagi

Dulu rindu begitu lama
dan waktu itu kau sampaikan kepadaku
“jangan buru-buru, malam masih panjang”

Sekian malam habis
wajahmu tinggal
Permenmu tertelanku

Dan aku tidak menemukanmu
dalam sebungkus permen  yang baru

Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013

Embun Pertama di Helai Kamboja


Habis sudah
Kita bertepuk
Mendengarkan suara
Angin di sisimu

Malam ini
Kita mencari bau melati

Teguklah
Embun pertama di helai kamboja

Di sini
Habis sudah

Di muat di Riau Pos, 1 Desember 2013

Misal yang Usai

Padamu
Hujan menitik
Dengung laut

Kita
Misal yang usai
Selangkah

Dia..
Tahu..


Di muat di Riau Pos tanggal, 1 Desember 2013

HUJAN DI RINTIK WAJAHMU

Marilah  singgah melepas bayang
di belah langkah kekasih hujan

Setetes
Di rintik wajah
Mengucap dalam

Kenangan berbayang
mencari rindu,
begitu jauh
melarut laut

Hujan di rintik wajahmu

Di muat Di Riau Pos tanggal, 25 Desember 2013

RIMBUN HUJAN

Di awan kita pernah memahat
Seruas rusuk yang tancap
Berimbun hujan
Lalu, tersedak di pucuk ketapang
Menyesakkan rindu
Di tangkainya

Di muat di Riau Pos, tanggal 25 Desember 2011

Surut


Apakah akan sampai ke perut segala yang surut?
degub jantung bertiang ombak
di biru laut    
hanyut


Di Muat di Riau Pos, 25 Desember 2011

WAKTU

Di waktu
Jahitan tawa mencumbu hari
Segala yang pergi
selalu pergi

Ujung jalan,
Milik siapa?

Di petang,
Kita tertinggal
Menunggu waktu


Di Muat di Riau Pos, 25 Desember 2011

BUNGA LARANGAN

Tumbuhlah berduri dalam diam
Gaung kumbang mendebarkan
Siapa yang memetik?
Waktu adalah bisu
Menunggu..


Di muat di Riau Pos, 25 Desember 2011

Yos Sudarso Pekanbaru

Sekejab singgah
Di pertengah jalan Yossudarso
Menyanyilah
Dang,
Ding.
Dung,
Deng,
Dong,
Lampu-lampu itu
Pertanda goyang dimulai

Di seberang
Suara azan membentur dinding


Di muat di Riau Pos tanggal, 23 Februari 2014

Sindi: Nurul

Di tahun ke lima sekolahmu
tetap saja sama
dan barangkali esok
sepasang kupu-kupu akan terbang

Di beranda kabut
lapangan SDN 65 Pekanbaru
kalian toreh waktu

kursi roda itu
bermain kaki
berlari-lari

“Namaku Sindi”
“Namaku Nurul”
kami adalah teman
dan juga lainnya.


Di muat di Riau Pos Tanggal, 23 Februari 2014

Malam di Hotel Tepi Laut


Gadis-gadis itu
mengantar teh
juga bir

Kapal-kapal merapat

Angin,
Memandang
Rindu baru di tanam


Dimuat Di Riau Pos Tanggal, 23 Februari 2014

Sungai Carang: Kota Tua

Di atas meriam itu
sumbu menanti
dipantik

Dari arah laut
musuh datang
di empat penjuru angin

Kota Tua membakar diri
musuh di haluan
memutar arah

Hingga
di atas meriam itu
sepasang roda tertanam
menatap dingin

Bertahun lalu
pernah

Dimuat Di Riau Pos tanggal 23 Februari 2014

Pantai Trikora Tanjung Pinang

Kelong di pantai Trikora
menjemput angin
ikan-ikan menunggu
sauh dijatuhkan

Sepasang menuju pantai
bermain ombak
pasir, batang bakau, dan asin laut,
merapat.

Saat lain,
gadis berbikini merah
menatah air

hingga ke ujung
batu-batu

Dimuat di Riau Pos tanggal 23 Februari 2013

Mutiara


Adakah kau tahu
sesuatu yang entah
tumbuh di pipimu
dua buah lesung
yang tertanam
bernyanyi
beibe
beibe
beibe

Kita bertemu di laut
Pekik elang
dan deru pompong
semua tahu

Dimuat di Riau Pos tanggal 23 Feb 2014

Tahun Pertama

Di tahun pertama
janji telah disemat

Bahwa esok,
akan bertandang di helai daun
hijau adalah rindumu yang pertama
kita mengartikannya
sebagai sepasang sayap di pesawat
menembus awan
debar itu
memandang kita bergenggaman

Kelak,
kita berangkat

Dimuat di Riau Pos, 23 Februari 2014